Jumat, 25 Maret 2016

#kerlapkerlip 118 : GROWING UP!

Adik-adik, siapa yang senang jadi anak-anak? Atau malah ada yang sudah tidak sabar menjadi dewasa?

Masa kanak-anak adalah masa yang indah dan harus disyukuri lho alaupun kita sedang menghadapi masalah. Raksasa perfilman Disney’s bahkan pernah menciptakan tokoh fiksi Peter Pan, seorang anak laki-laki yang menolak beranjak dewasa. Ia memutuskan kabur ke Neverland untuk menjadi anak-anak selamanya.

Beberapa dari kita mungkin ingin segera menjadi dewasa.Anak-anak cenderung mengikuti orang-orang dewasa dalam bertingkah laku. Namun menjadi dewasa bukanlah hal yang mudah. Semakin dewasa, perubahan harus terjadi secara menyeluruh, bukan hanya secara fisik dan cara berpakaian, tetapi kita juga meninggalkan sifat, tingkah laku, perasaan, dan cara berpikir kita yang kanak-kanak (1 Kor 13:12). Semakin dewasa, kita harus mau dan rela untuk ditempa lebih keras, mau ditegur untuk dapat lebih mengerti kebenaran Tuhan (Ibrani 5:12-14).


Kita sering menyanyikan lagu yang berkata bahwa kerinduan kita adalah menyenangkan Tuhan, dan memang seharusnyalah demikian. Namun lebih dari itu, kita hidup di dalam dunia dan Alkitab menyaksikan tentang orang-orang yang berusaha dan sukses bertumbuh, tidak hanya bekenan kepada Allah tetapi juga manusia.

“Samuel yang muda itu semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia (1 Sam 2:26).”Yesus pun demikian,semakin bertambah besar, ia bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia(Luk 2:52). Paulus sendiri “…senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia(Kis 24:16).”

Sebagai orang “muda” anak-anak Tuhan, kita masih perlu tunduk juga kepada otoritas-otoritas di atas kita (orangtua, guru-guru di sekolah dan gereja, pemerintah), terlebih lagi kepada Tuhan (1 Pet 2:13-14).Selama kita bertumbuh, kita berusaha berkelakuan bersih sesuai firman Tuhan (Maz 119:9). Kita menjadi dewasa bukan dengan membangkang terhadap orang tua, merasa benar dan bertindak seolah sudah dewasa, melainkan kita dengan menjadi teladan bagi semua orang melalui perbuatan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian kita (2 Tim 4:12) supaya kita “dewasa” dan indah di hadapan Tuhan dan manusia.

“Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu. Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia (Ams 3:1-4).” (HT)