Seperti
hadiah, ada yang bungkusnya bagus dan ada yang bungkusnya jelek.Yang bungkusnya bagus, punya wajah
rupawan atau kepribadian yang menarik.Yang bungkusnya
jelek, punya wajah biasa atau keperibadian biasa saja...............
atau malah menjengkelkan.
Seperti
hadiah, ada yang isinya bagus dan yang isinya jelek. Yang isinya bagus, punya
jiwa yang begitu indah sehingga kita terpukau ketika berbagi rasa dengannya,
ketika kita tahan menghabiskan waktu berjam-jam, saling bercerita dan
menghibur, menangis bersama dan tertawa bersama. Kita mencintai dia dan dia
mencintai kita.
Yang isinya buruk
punya jiwa yang terluka. Begitu dalam luka-lukanya sehingga jiwanya tidak mampu
lagi mencintai, justru karena ia tidak merasakan cinta dalam hidupnya.
Sayangnya yang kita tangkap darinya seringkali justru sikap penolakan, dendam,
kebencian, iri hati, kesombongan, amarah dan lainnya. Kita tidak suka dengan
jiwa-jiwa semacam ini dan mencoba menghindar dari mereka.
Kita tidak tahu bahwa itu semua
bukanlah karena mereka pada dasarnya buruk, tetapi ketidakmampuan jiwanya
memberikan cinta karena justru ia membutuhkan cinta kita, membutuhkan empati
kita, kesabaran dan keberanian kita untuk mendengarkan luka-luka terdalam yang
memasung jiwanya.
Bagaimana bisa kita mengharapkan
seseorang yang terluka lututnya berlari bersama kita? Bagaimana bisa kita
mengajak seseorang yang takut air berenang bersama? Luka di lututnya dan
ketakutan terhadap airlah yang mesti disembuhkan, bukan mencaci mereka karena
mereka tidak mau berlari atau berenang bersama kita. Mereka tidak akan bilang
bahwa “lutut” mereka luka atau mereka “takut air”, mereka akan bilang bahwa
mereka tidak suka berlari atau mereka akan bilang berenang itu membosankan.
Itulah cara mereka mempertahankan diri.
Mereka
akan bilang:
“Menari itu tidak menarik.”
“Tidak ada yang cocok denganku!”
“Teman-temanku sudah lulus semua.”
“Aku ini buruk, siapa yang bakal tahan denganku?”
“Kisah hidupku membosankan!”
Mereka tidak akan bilang :
“Aku tidak bisa menari.”
“Aku membutuhkan kamu!”
“Aku kesepian.”
“Aku butuh diterima!”
“Aku ingin didengarkan.”
Mereka
semua hadiah buat kita. Entah bungkusnya bagus atau jelek, entah isinya bagus
atau jelek. Dan jangan tertipu oleh kemasan. Hanya ketika kita bertemu jiwa
dengan jiwa, kita tahu hadiah sesungguhnya yang sudah dipersiapkanNya buat
kita. (LT)
Kerlap kerlip 105 from Karunia Mulia Berkatama
..............................................................................................................................................
Prioritas
Begitu bangun tidur dan membuka mata, kita sudah dihadapkan pada suatu pilihan. Pilih tidur
terus atau segera bangun? Kalau kita memilih untuk bangun, kita akan dihadapkan pada pilihan
berikutnya, yaitu apa yang pertama akan kita lakukan?
Begitu seterusnya, sepanjang waktu kita akan senantiasa dihadapkan pada banyak pilihan
untuk menentukan satu keputusan. Keputusan yang kita ambil akan menentukan prioritas kita.
Di zaman yang semakin menawarkan banyak pilihan ini, tidak mudah bagi kita untuk
menentukan prioritas secara tepat. Salah prioritas bisnis bisa gagal, studi bisa kacau, rumah
tangga bisa berantakan, bahkan kerohanian bisa merosot. Penentuan prioritas begitu penting
karena apa yang kita utamakan dalam hidup ini akan tercermin dari bagaimana kita
menentukan prioritas.
Rasanya, tidak ada prioritas yang lebih tepat selain memprioritaskan
kehendak Allah di atas segalanya. Karena saat kita mendahulukan mencari Kerajaan Allah dan
Kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepada kita (Matius 6:33)
..............................................................................................................................................
Prioritas
Begitu bangun tidur dan membuka mata, kita sudah dihadapkan pada suatu pilihan. Pilih tidur
terus atau segera bangun? Kalau kita memilih untuk bangun, kita akan dihadapkan pada pilihan
berikutnya, yaitu apa yang pertama akan kita lakukan?
Begitu seterusnya, sepanjang waktu kita akan senantiasa dihadapkan pada banyak pilihan
untuk menentukan satu keputusan. Keputusan yang kita ambil akan menentukan prioritas kita.
Di zaman yang semakin menawarkan banyak pilihan ini, tidak mudah bagi kita untuk
menentukan prioritas secara tepat. Salah prioritas bisnis bisa gagal, studi bisa kacau, rumah
tangga bisa berantakan, bahkan kerohanian bisa merosot. Penentuan prioritas begitu penting
karena apa yang kita utamakan dalam hidup ini akan tercermin dari bagaimana kita
menentukan prioritas.
Rasanya, tidak ada prioritas yang lebih tepat selain memprioritaskan
kehendak Allah di atas segalanya. Karena saat kita mendahulukan mencari Kerajaan Allah dan
Kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepada kita (Matius 6:33)
“Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yohanes 2:17)